MEI ini men catat bulan perang hebat Israel di Gaza, Kepala negara Amerika Sindikat Joe Biden menarik garis merah yang tidak sering ditarik untuk kawan paling atas AS.
Kepala negara AS memberitahu CNN, Washington tidak hendak sediakan bom serta timah panas artileri buat angkatan Israel buat melanda Rafah di selatan Gaza.
Tetapi, gambar- gambar badan yang dibakar yang timbul dari serbuan Israel di Rafah, Pekan, sudah memunculkan keragu- raguan mengenai integritas” garis merah” Biden. Dekat 45 orang berpulang dalam serbuan itu, yang menghantam segerombol kamp tempat bermukim masyarakat Palestina yang terdislokasi.
” Ini amat mengecewakan memandang Kepala negara Biden lalu membiarkan Israel bekerja dengan impunitas,” tutur Ahmad Abuznaid, ketua Kampanye AS buat Hak- Hak Palestina( USCPR).
” Buat menghasilkan garis merah yang Kamu ketahui tidak hendak Kamu jalani tidak cuma berarti ia hendak lalu jadi Genosida Joe, namun pula cuma membuktikan ia lemas dengan cara politik.”
Dalam sebagian pekan terakhir, Washington membetulkan kekalahan mereka buat menahan Israel dengan alibi kalau serbuan di Rafah merupakan pembedahan” terbatas”, bukan serbuan penuh yang sudah diperingatkan Biden.
Ahli ucapan Unit Luar Negara AS, Matthew Miller, mengulangi posisi itu, Selasa, walaupun terdapatnya pertumpahan darah
serta tank- tank Israel mendesak lebih dalam ke Rafah.
” Kita tidak mau memandang pembedahan tentara megah terjalin di situ, semacam yang kita amati terjalin di Khan Younis serta di Kota Gaza. Dikala ini, kita belum memandang pembedahan tentara dalam rasio pembedahan lebih dahulu itu,” tutur Miller.
Ia meningkatkan AS tidak bisa” memandu” alat transportasi tentara Israel terletak di pusat Rafah, yang sudah dikonfirmasi oleh saksi Palestina serta alat Israel.
Garis merah yang” tidak berarti”
Advokat hak- hak Palestina berargumen rezim Biden lagi mendeskripsikan balik apa yang dikira selaku agresi Rafah, supaya dapat melawan serbuan lagi terjalin.
Yasmine Taeb, ketua legislatif serta politik buat golongan pembelaan MPower Change Action, mengatakan garis merah Biden kepada Rafah selaku” amat tidak berarti serta cuma ialah perkembangan dari kebijaksanaan Gaza yang kejam serta tidak bisa dibenarkan”.
” Israel melanggar hukum manusiawi global, dan hukum serta kebijaksanaan AS, namun nyaris 8 bulan pembunuhan di Gaza nyatanya sedang belum lumayan untuk Biden buat kesimpulannya mengutip posisi yang jelas serta tidak berubah- ubah dengan melakukan hukum AS serta lekas mengakhiri penyediaan senjata pada Israel,” tutur Taeb pada Angkatan laut(AL) Jazeera.
Israel melaksanakan pemboman Pekan dengan serbuan lain di dekat Rafah pada
Selasa yang membunuh paling tidak 21 masyarakat Palestina yang terdislokasi.
Mohamad Habehh, ketua pengembangan di American Muslims for Palestine, pula mengatakan garis merah Biden” tidak berarti”.
” Rezim Biden sudah kandas buat menahan Israel bertanggung jawab semenjak Oktober. Saat ini kita terletak di bulan kedelapan ini. Serta kita memandang pembunuhan terkini tiap hari,” tutur Habehh pada Angkatan laut(AL) Jazeera.
Pada dini bulan ini, Amerika Sindikat menahan satu pengiriman bom berat ke Israel, dengan alibi bentrokan terpaut Rafah. Tahap ini menimbulkan impian advokat hak asas orang kalau Washington bisa jadi kesimpulannya lagi memikirkan balik sokongan tanpa syaratnya kepada Israel.
Optimisme itu lekas lenyap sehabis sebagian administratur AS menekankan sokongan” kuat” pada Israel serta administrasi Biden membenarkan memindahkan senjata senilai US$1 miliyar pada sekutunya itu.
Israel menyambut paling tidak US$3. 8 miliyar dalam dorongan tentara AS tiap tahun, serta bulan kemudian, Biden membenarkan dorongan bonus senilai US$14 miliyar pada negeri itu.
Pusat Kebijaksanaan Global( CIP), suatu badan pemikir berplatform AS, menginovasi jeritan buat menahan senjata ke Israel sehabis serbuan memadamkan, Pekan.
” Pembunuhan massal masyarakat awam yang mencari proteksi, tidak tahu sebab kelengahan ataupun karena yang lain, benar apa yang Kepala negara Biden tuturkan hendak tidak bisa diperoleh dalam serbuan Israel di Rafah,” ucap Dylan Williams, delegasi kepala negara hal rezim CIP, dalam suatu statment.
” Biden tidak bisa menunggu analitis Israel yang ritual belaka— ia wajib menjaga janjinya serta mengakhiri distribusi senjata dikala ini pula.”
MEI ini men catat bulan
Memusnahkan hati
Kesatu Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah melukiskan serbuan itu selaku” kekeliruan mengenaskan” serta berkomitmen hendak melaksanakan pelacakan.
Dalam rapat pers Unit Luar Negara, Selasa, Miller mengatakan pembunuhan itu” memusnahkan batin”, namun beliau mengaitkannya dengan” api” dari bombardemen Israel. Beliau berkata Washington hendak menjajaki pelacakan Israel dengan teliti.
Tetapi, Habehh berkata mengambil analitis Israel merupakan siasat yang dipakai AS buat alihkan tanggung jawab, membolehkan mereka buat menunda membuat evaluasi mengenai pelanggaran hak asas orang dengan cara tidak terbatas.
Pada dasarnya, Habehh menarangkan, itu membagikan durasi pada AS buat menunggu narasi mengenai kekejaman Israel” mati”.
Dikala teror di Gaza terus menjadi intensif, para pendukung berkata terus menjadi nyata kalau rezim Biden tidak mempunyai konsep buat mengganti arahnya walaupun menghasilkan statment menentang agresi Rafah serta melantamkan proteksi kepada masyarakat awam.
” Bisa jadi kebingungan Biden kepada Palestina sudah sirna bersama dengan dermaga yang mereka bangun di selama tepi laut Gaza,” tutur Abuznaid, merujuk pada suatu pusat bahari yang dibentuk Washington buat mengirim dorongan ke area itu, yang cacat dampak pasang besar dalam sebagian hari terakhir.
Viral ikn kini di lanjut atau tidak => https://balanza.click/